
HARI itu raut muka Linda terlihat sembab. Lingkaran hitam di bawah matanya mempertegas kelelahan di wajahnya. Meski berusaha tampil bersemangat, namun akhirnya ibu satu anak ini hanya bisa bersandar di kursi kerjanya.
Saya kurang tidur, semalaman bayi saya terus terbangun. Ada saja yang membuatnya bangun, ujar Linda yang baru saja masuk kantor setelah cuti melahirkan tiga bulan lalu.
Dia mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar anak kesayangannya bisa tidur nyenyak. Pasalnya, bukan hanya Linda yang tidak bisa istrihat, sang suami yang harus bekerja pun harus mengalami nasib yang sama.
Hal yang sama juga dialami Nia, yang mengaku kerepotan mengajak dua anak kembarnya tidur. Wanita yang bekerja di sebuah instansi pemerintahan ini, butuh waktu berjam-jam untuk membuat anak-anaknya tertidur. Kalau malam, selalu saja ada yang bangun. Ada yang nangis, ada yang minta susu. Waduh pokoknya repot banget deh, tuturnya.
Mungkin Linda dan Nia hanya potret segelintir ibu pekerja yang kekurangan jam istirahat karena anaknya mengalami gangguan tidur. Padahal, tidur anak memiliki peranan terpenting dalam tumbuh-kembang anak.
DOKTER Rini Sekartini, SpAK mengungkapkan tidur memiliki peranan penting dalam pertumbuhan anak karena pada saat tidur terjadi proses pengeluaran hormon pertumbuhan. Anak yang memiliki gangguan tidur otomatis akan terganggu pertumbuhannya, misalnya tubuh lebih pendek daripada anak yang tidurnya cukup, jelasnya.
Selain itu, ganguan tidur juga dapat mempengaruhi sistem imunitas anak, perkembangan fungsi hormon, metabolisme tubuh, sistem jantung dan pembuluh darah, serta proses belajar dan daya ingat. Kualitas tidur anak berpengaruh terhadap memori dan daya tangkap anak saat belajar, tambah dr Rini.
Sayangnya, lanjut dr Rini, hal ini kerap luput dari perhatian orang tua. Berdasarkan penelitian yang ditujukan pada orang tua di lima kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, dan Batam terungkap 72,2 persen orang tua menganggap masalah tidur pada bayi dan Balita hanya merupakan masalah kecil.
Berdasarkan penelitian yang sama juga terungkap bahwa 44 persen bayi dan Balita di Indonesia mengalami gangguan tidur. Di antaranya sering terbangun di malam hari dan jumlah jam tidur kurang yang dari normal.
Masalah gangguan tidur pada anak juga terjadi di negara-negara lain seperti di Swiss, sebanyak 20 persen anak usia tiga tahun terbangun setiap malam. Sedangkan di Amerika, 84 persen anak usia 1-3 tahun mempunyai masalah tidur yakni sulit untuk tidur atau terbangun pada malam hari pada anak usia tiga tahun. Sementara di China 23,5 persen anak usia 2-6 tahun mempunyai masalah tidur yang dilaporkan orang tua.
Perkembangan pola tidur normal, lanjut dr Rini, adalah dimana masa tidur siang anak akan berkurang sejalan dengan bertambahnya umur. Anak usia di atas empat tahun sebenarnya tidak perlu tidur siang. Yang penting, pada malam hari anak bisa tidur 12 jam, jelasnya.
DOKTER Rini menjelaskan total waktu tidur yang dibutuhkan bayi usia 0-3 bulan mencapai 16-20 jam. Biasanya dalam setiap 1-4 jam diikuti 1-2 jam bangun. Pada masa ini jumlah jam tidur siang sama dengan tidur malam. Gangguan tidur pada masa ini hanya disebabkan trauma lahir dan periode tidur yang lebih pendek pada bayi yang minum ASI.
Sedangkan anak yang usianya 3-12 bulan membutuhkan 14-15 jam tidur dalam satu hari. Khusus untuk anak usia 4 bulan total waktu yang dibutuhkan untuk tidur sebanyak 13-14 jam, dan pada usia 6 bulan butuh 11 jam untuk tidur pada malam hari dan 2-3 jam pada siang hari.
Menginjak usia 1-3 tahun anak membutuhkan total 12-14 jam waktu tidur. Anak yang terbangun pada malam hari, umumnya disebabkan rutinitas dan rasa takut. Pada usia ini, anak juga kerap mengalami gangguan di awal tidur atau menolak diajak untuk tidur.
Saat anak anda terbangun di malam hari, anda harus bisa lebih peka mengenali apa yang membuatnya tidak nyaman. Faktor fisik akan lebih mudah dikenali dengan mengamati apakah anak lapar atau terjadi kelainan pada gigi, telinga, kulit, saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, otot dan tulang.
Sementara gangguan tidur yang disebabkan faktor psikis dapat anda amati dari perkembangan anak, pola asuh, kualitas attachment/bounding, temperamen, dan aktivitas anak pada siang hari.
Jika gangguan ini terjadi pada anak, maka kualitas dan kuantitas tidur anak akan berkurang. Hal ini bisa terlihat dari jumlah jam tidurnya yang kurang dari normal, sulit memulai tidur, sering terbangun pada malam hari, bila terbangun susah tertidur kembali, dan selama tidur anak menjadi rewel, sering menangis, menjerit, ketakutan, menggesekkan gigi, serta mengorok.
Setiap orang tua pasti tidak menginginkan anaknya mengalami ganguan tidur, karena ganguan tidur pada anak juga berdampak pada gangguan keluarga. Di antaranya, meningkatkan stres orang tua, depresi ibu, orang tua atau pengasuh tidak akan bisa menikmati tidur cukup.
NAMUN, bagi para orang tua yang anaknya mengalami gangguan tidur saat ini tidak perlu putus asa. Banyak cara yang bisa ditempuh agar anak anda bisa tidur nyenyak. Langkah ini harus diawali dengan pengetahuan untuk mengetahui gangguan tidur apa yang terjadi pada anak anda.
Dr Rini menguraikan beberapa tahapan untuk mengatasi masalah tidur, jika gangguan yang terjadi pada fisik anak anda berarti anda harus mengatasi dengan melakukan pengobatan misalnya pada gigi, telinga, kulit, saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, otot, dan tulang.
Namun, jika masalah yang terjadi pada anak adalah gangguan psikis berarti anda harus dapat memperbaiki pola asuh yakni dengan meningkatkan kualitas attachment/bounding, kenali temperamen, serta kurangi aktivitas menjelang tidur.
Jangan biarkan anak bermain yang mengakibatkan rasa lelah berlebih menjelang tidur karena bisa menyebabkan anak sulit tidur. Tayangan televisi yang menyeramkan pun sebaiknya tidak diperlihatkan pada anak untuk menghindari mimpi buruk, papar dr Rini.
Faktor lingkungan adalah bagian yang tak kalah pentingnya dalam mengatasi gangguan tidur pada anak. Misalnya, tidak menempatkan televisi, radio, dan mainan berada di kamar tempat tidur anak, dan hindari minuman coklat atau kopi sebelum tidur, makan dan minum diusahakan 1-2 jam sebelum tidur, dan saat waktu tidur bentuk suasana misalnya pada malam hari biarkan gelap agar anak bisa membedakan waktu malam dan siang hari.
Gangguan tidur anak kerap terjadi pada anak yang orang tuanya bekerja. Terutama anak yang masih tidur satu tempat tidur dengan orang tuanya. Di sinilah, dr Rini mengingatkan pentingnya untuk melatih anak-anak untuk bisa belajar mandiri dengan tidur sendiri di kamarnya. Menyapih anak untuk tidur di kamarnya sendiri tidak kalah pentingnya dengan menyapih anak untuk tidak lagi minum ASI, tambah dr Rini.
Untuk membuat anak tidur lebih baik salah satu langkah yang disarankan adalah dengan memandikan anak dengan air hangat pada sore hari, memijatnya, dan membacakan dongeng atau buku sehingga anak lebih mudah tertidur.
Jadi, jika ingin buah hati anda tumbuh menjadi anak yang pintar dengan tubuh tinggi serta kesehatannya selalu terjaga, ternyata bukan hanya asupan makanan bergizi yang harus anda perhatikan tapi juga pola tidur anak anda.(elly anisyah- www.hupelita.com)
Saya kurang tidur, semalaman bayi saya terus terbangun. Ada saja yang membuatnya bangun, ujar Linda yang baru saja masuk kantor setelah cuti melahirkan tiga bulan lalu.
Dia mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar anak kesayangannya bisa tidur nyenyak. Pasalnya, bukan hanya Linda yang tidak bisa istrihat, sang suami yang harus bekerja pun harus mengalami nasib yang sama.
Hal yang sama juga dialami Nia, yang mengaku kerepotan mengajak dua anak kembarnya tidur. Wanita yang bekerja di sebuah instansi pemerintahan ini, butuh waktu berjam-jam untuk membuat anak-anaknya tertidur. Kalau malam, selalu saja ada yang bangun. Ada yang nangis, ada yang minta susu. Waduh pokoknya repot banget deh, tuturnya.
Mungkin Linda dan Nia hanya potret segelintir ibu pekerja yang kekurangan jam istirahat karena anaknya mengalami gangguan tidur. Padahal, tidur anak memiliki peranan terpenting dalam tumbuh-kembang anak.
DOKTER Rini Sekartini, SpAK mengungkapkan tidur memiliki peranan penting dalam pertumbuhan anak karena pada saat tidur terjadi proses pengeluaran hormon pertumbuhan. Anak yang memiliki gangguan tidur otomatis akan terganggu pertumbuhannya, misalnya tubuh lebih pendek daripada anak yang tidurnya cukup, jelasnya.
Selain itu, ganguan tidur juga dapat mempengaruhi sistem imunitas anak, perkembangan fungsi hormon, metabolisme tubuh, sistem jantung dan pembuluh darah, serta proses belajar dan daya ingat. Kualitas tidur anak berpengaruh terhadap memori dan daya tangkap anak saat belajar, tambah dr Rini.
Sayangnya, lanjut dr Rini, hal ini kerap luput dari perhatian orang tua. Berdasarkan penelitian yang ditujukan pada orang tua di lima kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, dan Batam terungkap 72,2 persen orang tua menganggap masalah tidur pada bayi dan Balita hanya merupakan masalah kecil.
Berdasarkan penelitian yang sama juga terungkap bahwa 44 persen bayi dan Balita di Indonesia mengalami gangguan tidur. Di antaranya sering terbangun di malam hari dan jumlah jam tidur kurang yang dari normal.
Masalah gangguan tidur pada anak juga terjadi di negara-negara lain seperti di Swiss, sebanyak 20 persen anak usia tiga tahun terbangun setiap malam. Sedangkan di Amerika, 84 persen anak usia 1-3 tahun mempunyai masalah tidur yakni sulit untuk tidur atau terbangun pada malam hari pada anak usia tiga tahun. Sementara di China 23,5 persen anak usia 2-6 tahun mempunyai masalah tidur yang dilaporkan orang tua.
Perkembangan pola tidur normal, lanjut dr Rini, adalah dimana masa tidur siang anak akan berkurang sejalan dengan bertambahnya umur. Anak usia di atas empat tahun sebenarnya tidak perlu tidur siang. Yang penting, pada malam hari anak bisa tidur 12 jam, jelasnya.
DOKTER Rini menjelaskan total waktu tidur yang dibutuhkan bayi usia 0-3 bulan mencapai 16-20 jam. Biasanya dalam setiap 1-4 jam diikuti 1-2 jam bangun. Pada masa ini jumlah jam tidur siang sama dengan tidur malam. Gangguan tidur pada masa ini hanya disebabkan trauma lahir dan periode tidur yang lebih pendek pada bayi yang minum ASI.
Sedangkan anak yang usianya 3-12 bulan membutuhkan 14-15 jam tidur dalam satu hari. Khusus untuk anak usia 4 bulan total waktu yang dibutuhkan untuk tidur sebanyak 13-14 jam, dan pada usia 6 bulan butuh 11 jam untuk tidur pada malam hari dan 2-3 jam pada siang hari.
Menginjak usia 1-3 tahun anak membutuhkan total 12-14 jam waktu tidur. Anak yang terbangun pada malam hari, umumnya disebabkan rutinitas dan rasa takut. Pada usia ini, anak juga kerap mengalami gangguan di awal tidur atau menolak diajak untuk tidur.
Saat anak anda terbangun di malam hari, anda harus bisa lebih peka mengenali apa yang membuatnya tidak nyaman. Faktor fisik akan lebih mudah dikenali dengan mengamati apakah anak lapar atau terjadi kelainan pada gigi, telinga, kulit, saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, otot dan tulang.
Sementara gangguan tidur yang disebabkan faktor psikis dapat anda amati dari perkembangan anak, pola asuh, kualitas attachment/bounding, temperamen, dan aktivitas anak pada siang hari.
Jika gangguan ini terjadi pada anak, maka kualitas dan kuantitas tidur anak akan berkurang. Hal ini bisa terlihat dari jumlah jam tidurnya yang kurang dari normal, sulit memulai tidur, sering terbangun pada malam hari, bila terbangun susah tertidur kembali, dan selama tidur anak menjadi rewel, sering menangis, menjerit, ketakutan, menggesekkan gigi, serta mengorok.
Setiap orang tua pasti tidak menginginkan anaknya mengalami ganguan tidur, karena ganguan tidur pada anak juga berdampak pada gangguan keluarga. Di antaranya, meningkatkan stres orang tua, depresi ibu, orang tua atau pengasuh tidak akan bisa menikmati tidur cukup.
NAMUN, bagi para orang tua yang anaknya mengalami gangguan tidur saat ini tidak perlu putus asa. Banyak cara yang bisa ditempuh agar anak anda bisa tidur nyenyak. Langkah ini harus diawali dengan pengetahuan untuk mengetahui gangguan tidur apa yang terjadi pada anak anda.
Dr Rini menguraikan beberapa tahapan untuk mengatasi masalah tidur, jika gangguan yang terjadi pada fisik anak anda berarti anda harus mengatasi dengan melakukan pengobatan misalnya pada gigi, telinga, kulit, saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, otot, dan tulang.
Namun, jika masalah yang terjadi pada anak adalah gangguan psikis berarti anda harus dapat memperbaiki pola asuh yakni dengan meningkatkan kualitas attachment/bounding, kenali temperamen, serta kurangi aktivitas menjelang tidur.
Jangan biarkan anak bermain yang mengakibatkan rasa lelah berlebih menjelang tidur karena bisa menyebabkan anak sulit tidur. Tayangan televisi yang menyeramkan pun sebaiknya tidak diperlihatkan pada anak untuk menghindari mimpi buruk, papar dr Rini.
Faktor lingkungan adalah bagian yang tak kalah pentingnya dalam mengatasi gangguan tidur pada anak. Misalnya, tidak menempatkan televisi, radio, dan mainan berada di kamar tempat tidur anak, dan hindari minuman coklat atau kopi sebelum tidur, makan dan minum diusahakan 1-2 jam sebelum tidur, dan saat waktu tidur bentuk suasana misalnya pada malam hari biarkan gelap agar anak bisa membedakan waktu malam dan siang hari.
Gangguan tidur anak kerap terjadi pada anak yang orang tuanya bekerja. Terutama anak yang masih tidur satu tempat tidur dengan orang tuanya. Di sinilah, dr Rini mengingatkan pentingnya untuk melatih anak-anak untuk bisa belajar mandiri dengan tidur sendiri di kamarnya. Menyapih anak untuk tidur di kamarnya sendiri tidak kalah pentingnya dengan menyapih anak untuk tidak lagi minum ASI, tambah dr Rini.
Untuk membuat anak tidur lebih baik salah satu langkah yang disarankan adalah dengan memandikan anak dengan air hangat pada sore hari, memijatnya, dan membacakan dongeng atau buku sehingga anak lebih mudah tertidur.
Jadi, jika ingin buah hati anda tumbuh menjadi anak yang pintar dengan tubuh tinggi serta kesehatannya selalu terjaga, ternyata bukan hanya asupan makanan bergizi yang harus anda perhatikan tapi juga pola tidur anak anda.(elly anisyah- www.hupelita.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar